Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate water
atau intertial water adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam garam
dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam
sekali.
Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon karena
memang dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya
hidrokarbon didalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati
sebagian dari suatu reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari
keseluruhan pori.
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal
dari air formasi dari lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktif,
biasanya disebabkan oleh:
1. Penyemenan yang kurang baik.
2. Kebocoran casing yang disebabkan oleh :
a. Korosi pada casing.
b. Sambungan kurang rapat.
c. Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan).
Sifat-sifat yang terkandung dalam air formasi :
1. Sifat fisika,meliputi :
a. Kompresibilitas
b. Kelarutan gas didalam air
c. Viscositas air.
d. Berat jenis
e. Konduktifitas.
2. Sulfat kimiawi, meliputi :
a. Ion-ion negatif (anion)
b. Ion-ion positif (kation)
Alkalinitas, CO3, HCO3, dan OH harus ditentukan ditempat pengambilan
contoh, karena ion-ion ini tidak stabil (dapat mengurai) seiring dengan
perubahan waktu dan suhu. Untuk itu, pH perlu diturunkan sampai 1 dengan
asam garam. Penentuan kadar barium (Ba) harus dilakukan segera
setelah contoh diterima, karena unsur BaSO4 terbatas kelarutannya,
karena reaksi barium cepat dengan SO4, akan mengurangi konsentrasi
barium dan akan menimbulkan kasalahan dalam penelitian. Selain dengan
barium, SO4 juga cepat bereaksi dengan kalsium menjadi CaSO4 pada saat
suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan sistem
klasifikasi dari air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengindetifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot
hasil analisa air formasi tersebut kedalam grafik, hal ini akan
memudahkan kita dalam korelasi terhadap lapisan-lapisan batuan dari
sumur secara tepat. Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa
air formasi ini adalah :
1. Untuk korelasi lapisan batuan
2. Menentukan kebocoran casing
3. Menentukan kualitas sumber air untuk proses water floding.
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah
ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah
pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk
menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga
(buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas
≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap
perubahan asam atau basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih
stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak
pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas
yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena
biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam
natrium yang tinggi (Anonim 2009).
Air formasi adalah air yang ditemukan dalam sebuah kegiatan pengeboran
minyak atau gas. Air formasi ini diperlukan sekali sebagai identifikasi
formasi, juga sebagai indikasi bahwa minyak dan gas yang diperoleh dari
kegiatan pengeboran sudah bersih dari kotoran-kotoran yang terikut
selama proses pengeboran. Kotoran-kotoran tersebut biasanya berupa CF
(Completion Fluid) dan air bantalan. CF dan air bantalan akan keluar
lebih dahulu bersamaan dengan minyak atau gas yang terproduksi dari
dalam sumur, proses ini dikenal dengan nama proses clean up. Proses
clean up dinyatakan selesai jika air formasi sudah terproduksi dari
dalam sumur. Di lokasi sumur pengeboran indikasi bahwa liquid yang
terproduksi bersamaan dengan minyak atau gas ini adalah air formasi
dinyatakan dengan konsentrasi Cl-, SG dan pH. Cl- yang diperoleh harus
memiliki kisaran Cl- sesuai referensi yang ditentukan oleh Resovoir
Engineer, sedangkan SG yang diperoleh dibandingkan dengan SG dari CF,
jika diantara SG dan Cl- sudah terjadi kesesuaian dengan referensi maka
dinyatakan clean up selesai.
Alkalinitas pada air disebabkan adanya sejumlah ion-ion yang berlainan
tetapi biasanya dihubungkan dengan keberadaan ion-ion bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3) dan hidroksida (OH-). Metode uji yang umunya
digunakan untuk menentukan alkalinitas ini adalah dengan cara penitaran
percontoh dengan suatu asam standard an menggunakan indikator
Phenolphthalein (PP) dan Methyl Orange (MO). Titik-titik akhir titrasi
tersebut menunjukkan nilai pH kurang lebih 8,1 untuk indikator PP dan
4,5 untuk indikator MO. Alkalinitas air sampai titik akhir dengan
indikator PP disebabkan adanya hidroksida dan setengah karbonat,
sedangkan dengan indikator MO mungkin disebabkan adanya ion-ion lain
yang memberikan kontribusi pada alkalinitas air tersebut.
Suatu alat elektrotitrator atau pH meter digunakan untuk menentukan
jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai harga pH 8,1 dan 4,5. Harga
pH tersebut merupakan titik-titik dimana ion-ion hidroksida dan
bikarbonat dinetralkan. PH meter wajib dikalibrasi sebelum digunakan.
Gunakan buffer pH 4, 7 dan 10 untuk mengkalibrasi pH. Kesalahan akan
terjadi jika pH meter dikalibrasi hanya pada 1 buffer.
No comments:
Post a Comment